Oleh : Abdul Rais Abbas
![]() |
Neoliberalime
atau selanjutnya ( disebut neolib ) adalah dikenal juga sebagai paham ekonomi
liberal ( Bebas) mengaju pada filosofi ekonomi politik
akhir abad ke 20, sebenarnya merupakan redefinisi dari kelanjutan
liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang
mengurang dan menolak campur tangan atau intervensi dari negara dalam hal ini
pemerintah dalam ekonomi domestik, paham ini mengarahkan pada pasar bebas dan
perdagangan bebas.
neolib ini menjadi perbincangan menarik dan cukup
panas di tengah praha hara kasus papa minta saham baru-baru ini, ada pihak yang
mengklaim sebagai pro rakyat. Kemudian menuduh pihak yang lain sebagai kaki
tangan asing atau antek-antek neolib yang mengusung kebijakan pro kepentingan
asing. Kata-kata antek identik dengan sebagai pelayan asing daripada
membela kepentingan rakyat Indonesia. Tidak heran jika pihak neolib selalu
dituduh tidak punya nasionalisme dan sebagai pelayan yang baik atas semua yang
diinginkan oleh sang majikan.
Dalam sebuah Negara dimana ideologi nasionalisme
tidak dibangun dengan jelas dan kuat, maka memihak kepada kepentingan asing
seakan-akan dibenarkan. Terutama jika dilihat dari pertimbangan pragmatis atau
prinsip yang penting “ dapat ” sebagai pelayan dan memperoleh
“sesuatu” dari pada menjadi majikan tapi tidak dapat apa-apa. Ini terlihat
dengan jelas ketika sebagian dari petinggi kita, politisi, dan intelektual yang
hidup matinya diserahkan untuk membela kepentingan orang-orang yang bermodal
yang kebanyakan orang asing salah satu-nya adala PT Freport.
Dari sinilah kita merasakan kebenaran dari ungkapan
bapak proklamator kita yakni bung karno “perjuanganku lebih mudah karena
melawan penjajah tapi perjuanganmu lebih susah karena melawan bangsamu sendiri”
sesungguhnya ada daya tarik menarik akankah kita menjadi bangsa yang bermental
majikan atau bermental pelayan. Kasus
demi kasus yang melanda republik ini, dari kasus
koropsi, narkoba, sampai pada papa minta saham. telah menkonfirmasikan kepada
kita bahwa di republik yang kita cintai ini telah terjadi bentuk
kolonialisme Jilid II.
Neolib dinyatakan
sebagai paham yang pro pasar sehingga membuat pengaturan jagad raya ini harus
diserahkan sepenuhnya pada fundamentalisme pasar. Para penganutnya berkeyakinan
bahwa rasionalitas manusia untuk mencapai kesejahteraan “semuanya” justru pada
saat manusia bertindak atas nama produksi ; penghormatan atas kompitisi kerja
manusia dan lepasnya dari kekuatan Negara diyakini akan banyak mendatangkan keuntungan,
keuntungannya ini dalam tanda
petik “apakah keuntungan ini untuk
rakyat atau tidak” tentunya menjadi perhatian kita semua bahwa dalam kompitisi
untung rugi menjadi kunci utama, Disinilah Negara di tuntut untuk berperan
aktif dalam membela rakyatnya dari segala bentuk ekploitasi dan penindasan
denganmengintervensi
kebijakan ekonmomi domestik yang pro rakyat. Dengan mencanangkan ekonomi kerakyatan, dengan memberikan
akses sebesar-sebesarnya kepada rakyat sehingga kompitisi itu berjalan dengan sehat
dan adil
Pengaruh neolib pada rusaknya lingkungan.
Kehadiran aktor-aktor neolib
ada saja Negara –negara yang diuntungkan , tetapi ada cacat bawaan yang melekat
dari ideologi ini, Kesejahteraan
direkayasa, diukur dari rumus – rumus statistik yang diciptakan para ekonomi
sendiri sehingga rekomendasi ilmu ekonomi konvensional ini bersifat teknis
/instrumentalis. Sementara variable manusia dan alam tidak dimassukkan
sebagai ukuran penting. Akibatnya tidak memberikan ruang bagi budaya manusia
dengan penghormatan atas nilai-nilia kemanusian. bahwa dalam kesejahteraan
rakyat diukur dari berbagai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infratruktur yang sampai saat ini gencar – gencar
diimplementasikan di beberap daerah di negri ini. yang nyatanya
tidak memberikan kesejahteraan pada rakyat malahan memarjinalkan sebagian
masyarakat setempat.
neolib sebagai ideologi yang tersembuyi dibalik
praktek teknologi, yaitu ideology industrialisasi yang di era ini modern ini.
telah bertemu dengan adik kembarnya yaitu ideologi kapitalisme,
ia bekerja dengan gagasan yang mendistorsi realitas kesejarahan manusia dan
bertindak sebagai instrument untuk menyembunyikan akar- akar
kepentingan ideologis, politis dan ekonomi masyarakat tradisional
dalam proses penciptaan dan pengembangan teknologi
Beroprasinya korporasi – korporasi global,
sesungguhnya cukup mengenaskan dimana bumi tempat kita hidup, berproses dan
mematangkan diri untuk menjadi manusia seutunya seolah-olah
tergadaikan atau ditelantarkan begitu saja dan dirusak diladang – ladang
pengerukan sumber daya alam ( SDA ). Sumber daya hutan sudah tidak di lagi,
dimaknai sebagai sesuatu yang sakral dan mengadung nilai historis
dan suci sebagaimana masyarakat lokal dan tradisonal meberikan defenisi,. Sementara aktor pebisnis atau om-om kapitalis yang
kita tau bersama, mereka tidak memiliki ikatan dan keterkaitan historis dengan
binatang, pohon, danau dan hutan atau singkatnya tidak memiliki
ikatan historis dengan alam. mereka
hanya memandang sebatas lahan hanya bisa dapat diuangkan dan dikeruk keuntungan berlipat
ganda. Yang terjadi kemudian hutan di Kalimantan dan sumatra dibabat
habis dengan sawitnya, papua dengan frepotn-nya dan maluku utara dengan
tambang & Sawitnya serta masih banyak kasus lingkungan hidup yang melanda
bumi pertitiwi ini. pertanyaan kemudian apakah kita bisa keluar dari kemelut
ini atau tidak. jawaban nya tentu dilhat dari potret mahasiswa dan pemudah saat
ini. Wawlahualam.