Oleh : Abdul Rais Abbas
![]() |
Ilustrasi Betapa Kayaknya INDONESIA |
Dalam
kilas balik sejarah jauh hari sebelum masa kemerdekaannya, ternyata Indonesia
sudah di kenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban maritim yang maju, bahkan
bangsa ini pernah mengalami masa keemasaan pada awal abad ke 16-18
Masehi. Semangat kemaritiman yang tinggi ini bisa dilihat dalam
kitab-kitab yang ada di perpustakaan ternama di dunia ini. yang
menceritakan kisah legendaris, ketika kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara
ini (majapahit, sriwijya dan kerajaan dibagian timur Indonesia yakni
kerajaan ternate nuku dan kerajaan Sulawesi dan sekitarnya). yang menguasai
lautan dengan armada perang dan perdagangan yang besar dan
tangguh, namun semagat kemaritiman ini menjadi kian luntur dan punah
bahkan sirna tatkala Indonesia mengalami penjajahan (kolonialisme) secara
fisik oleh pemerintah Hindia Belanda. Pola hidup bangsa ini sengaja
dibelokkan dan diorientasikan menjadi pola hidup yang agraris (darat).
Kehadiran belanda, portugis dan spanyol mengubah watak bangsa yang
tangguh, yang pandai memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
menjadi manusia yang manja.
Sampai
saat ini pun, pola hidup masyarakat Indonesia, lebih cenderung pada
pola hidup yang konsumtif, sekaligus minim inovasi, produk-produk asing
(kapitalisme) terus dikonsumsi, sehingga jangan heran kita kehilangan
kreasi dan upaya untuk menemukan mengolah dan mencipta, seperti apa
yang di ceritakan dalam sebuah epos besar, romansya Pramoedya Ananta Toer[2]Yang
mengatakan; semasa jayanya majapahit, nusantara merupakan kesatuan
maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab dimuka bumi.
Arus berbalik dari selatan ke utara, kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatan
dan cita-citanya, semua bergerak dari nusantara ke selatan ke atas angin
diutara tetapi zaman berubah. Arus berbalik -bukan lagi dari selatan
ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan.
Diapit
oleh dua samudra dan dua benua inilah menjadikan Indonesia diakui dan mempunyai
keunggulan tersendiri yang menguntung, namun di sisi lain menjadi satu ancaman
bagi keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebab wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu pulau yang tersebar di
penjuruh tanah air ini). membuat Negara sulit untuk menjaga persatuan dan
kesatuan negaranya, kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan
keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah
air, sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh para leluhur dan pendahulu
kita.
Mempertegas Kedaulatan NKRI
Keadaan
suatu negara akan selalu sejalan dengan kondisi kawasan geografis yang
mereka tempati. Hal yang paling utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah
kawasan yang berada di sekitar negara itu sendiri, atau dengan kata lain,
negara-negara yang berada di sekitar atau negara-negara tetangga memiliki
pengaruh yang besar terhadap penyelenggaraan suatu Negara. lemahnya pengawasan
dan pengamanan oleh Negara. yang terjadi kemudian pengklaiman atas pulau dan
laut oleh Negara lain, pengambilan, penjarahan sumber daya laut oleh Negara
lain dianggap sebagai sebuah kewajaran, Maka untuk mempertahankan dan
mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah konsep geopolitik dan
geostrategi yang benar-benar cocok digunakan oleh Negara untuk mengamankan dan
menjaga wilayah kemaritiman yang dimilikinya.
Geopolitik
dan geostrategi sangat dibutuhkan sebagai sebuah studi yang mengkaji
strategi-strategi negara terkait masalah geografis dan politik dengan tujuan
menjaga dan memperkuat posisi negaranya terhadap negara lain. keadaan geografi
suatu negara sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam penyelenggaraan negara
yang bersangkutan, seperti pengambilan keputusan, kebijakan politik luar
negeri, hubungan perdagangan begitupun dalam hal kemaritiman, dengan potensi
kemaritiman yang begitu melimpah. Sudah saatnya Indonesia berdaulat atas
kemaritimanya dengan merivitalisasi konsep geostrategi dan geopolitik indonesia
sebagai upaya untuk mengamankan dan mempertahankan pulau-pulau dan potensi
kemaritimanya, yang di implementasikan dalam semangat nasionalisme
atau cinta tanah air yang tinggi, dengan begitu memimpikan indonesia sebagai
bangsa yang rakyatnya sejahtera dan makmur akan segera terwujud dengan
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Menjadikan
Indonesia sebagai poros maritim dunia merupakan suatu gagasan dan konsep yang
sejalan dengan visi dan misinya pemerintahan kita saat ini, Jokowi Widodo dan
Jusuf Kalla. Memang sangat logis bila menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. manakala sektor maritim didefenisikan sebagai upaya untuk
pembangunan ekonomi nasional atau mainstream pembangunan harus di orientasikan
ke laut singkatnya bangun indonesia dari laut. Dengan mencanangkan program yang
mendorong akses rakyat lebih mudah, TOL laut misalnya, dan berbagai
program-program pemerintah lainya untuk mempertahankan hasil yang kita miliki
dilaut. Justru sebaliknya pengabaian terhadap sektor maritim selama ini dapat
diartikan sebagai pengingkaran atas fitrah dan jati diri bangsa ini
sendiri.
Faktor
kesejarahan, politik dan geostrategis harus bersanding dengan lurus dan baik
dalam dinamika dan persoalan kenegaraan saat ini, yang terkesan dipermainkan
oleh asing. Tentu dalam kurun waktu yang singkat ini, komitmen pemerintah
untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia memang masih agak
berlebihan atau sulit. Tetapi setidaknya kita memiliki dasar historis dan
pijakan untuk pembangunan ekonomi nasional kedepan. yang selama ini
kelihatannya pembangunan ekonomi nasional hanya bertumpu pada sektor agraris.
Sudah
saatnya sektor kemaritiman dijadikan sebagai subjek utama dalam
mengerakkan pembangunan nasional, perangkat dan penggerak tata kelola yang masih
sebatas symbol harus di pangkas minimal di kurangi.
Maka
tidak ada plihan lain selain memperkuat dan mencurahkan tenaga ekstra
untuk mengamankan hasil sumber daya yang kita miliki. Petanyaanya
kemudian akankah kita bisa mengukir sejarah jayahnya indonesia dulu. yang
diceritakan pram tentang arus baliknya itu, semua bergerak dari
nusantara ke selatan ke atas angin diutara. peradabannya manusianya dan
cita-citanya. Atau tetap seperti ini. Wawlahualam
**
Penulis Adalah Mahasiswa Teknik Lingkungan ITY STTL “YLH” Yogyakarta
& Ketua Umum HMI Komiariat ITY Cab. Yogyakarta Raya
pernah dimuat juga di PATANI INSTITUT
& Ketua Umum HMI Komiariat ITY Cab. Yogyakarta Raya
pernah dimuat juga di PATANI INSTITUT
[2] Pramoedya Ananta Toer, “Arus balik: sebuah epos pasca kejayaan nusantara
di awal abad 16”,. Hasta
mitra, Jakarata 2002