Bonny
Nickozein
Izinkan aku tidur, di pangkuanmu.
Bertabah-tabah dalam dekapmu,
meneriaki semu penyesatan, dan bahkan kita sudah terlalu jauh,
Berkelana liar dengan kafan kegilaan.
Padamu, simpul narasiku di beri titik. Tapi, titik telah kutelan bersama racun indah ini. Ya, memang indah. Sampai sejauh mata menembus pandang, Aku menghianati kesusilaan.
Lalu, Masih adakah?
Aku dalam bait bahasamu, Atau sedikit ketukan dalam notasimu.
Aku dalam bait bahasamu, Atau sedikit ketukan dalam notasimu.
Aku ???
Interprestasi dosa. Seonggok daging,
dirangkai dengan tulang, dan dilumuri darah.
Menjelmah menjadi sebuah jiwa, fana dalam fatamorgana.
Karena rasa mampu membunuh logika.
Interprestasi dosa. Seonggok daging,
dirangkai dengan tulang, dan dilumuri darah.
Menjelmah menjadi sebuah jiwa, fana dalam fatamorgana.
Karena rasa mampu membunuh logika.
Aku. Manifestasi
kelembutan dosa,
Berbohong dalam dusta. Dan,
tidak pernah beranjak di tempat yang sama:
bilik perumpamaan, kenapa?
Berbohong dalam dusta. Dan,
tidak pernah beranjak di tempat yang sama:
bilik perumpamaan, kenapa?
Ujung kesaksian:
abadiku ialah diriku,
Dan abadi adalah fana.
Aku tersesat di labirin waktu dan kegelisahan persepsi.
Menjelmah dalam diriku, untuk menjadi dirimu.
Wahai sesuatu yang ada dalam imajiku, -
sedikitpun aku tidak tidur. Alunan nada dan syairmu,
Pun sedikit ku ingat senyumanmu, waktu itu.
Kala kehidupan kau hembuskan.
Engkau masih sama seperti dulu,
Saat pertama aku melihatmu. Lalu, Masih adakah?
Hari esok yang akan dan telah gugup,
Atau hari dimana: -dapat aku ingkari sebuah pengakuan,
Sepatah maaf, atas kejujuran seorang pendusta, S
aat berhala dalam diriku runtuh. Padamu, yang berkuasa atas jemariku.
Dan abadi adalah fana.
Aku tersesat di labirin waktu dan kegelisahan persepsi.
Menjelmah dalam diriku, untuk menjadi dirimu.
Wahai sesuatu yang ada dalam imajiku, -
sedikitpun aku tidak tidur. Alunan nada dan syairmu,
Pun sedikit ku ingat senyumanmu, waktu itu.
Kala kehidupan kau hembuskan.
Engkau masih sama seperti dulu,
Saat pertama aku melihatmu. Lalu, Masih adakah?
Hari esok yang akan dan telah gugup,
Atau hari dimana: -dapat aku ingkari sebuah pengakuan,
Sepatah maaf, atas kejujuran seorang pendusta, S
aat berhala dalam diriku runtuh. Padamu, yang berkuasa atas jemariku.
Yogyakarata, 18 Desember 2015